Kamis, 04 Agustus 2011

Alasan kenapa tulisan dokter jelek

Kenapa tulisan dokter jelek ??
[namun jangan memojokkan dokter ya gan.. (tulisannya jelek,dll)
soalnya kan berkat dokter kita-kita kalo lagi sakit bisa jadi sehat lagi kan...]




Ini gan alasannya..
Suatu waktu Anda sakit dan pergi ke dokter. Pasti si dokter memberi selembar kertas yang berisi daftar obat apa saja yang harus kita tebus di apotek. Anda mengenalnya dengan resep dokter. Soalnya kemudian nyaris sama yang dihadapi setiap pasien, di mana pun dia berada, bahwa semua tulisan dokter itu tak terbaca saking buruknya.


Maka muncul joke-joke atau bahkan menjadi alamat, jika tulisan tangan Anda di sekolah atau universiteit buruk dan nyaris tak terbaca, pastilah tulisan tangan Anda itu disebut secara spontan sebagai "Tulisan Dokter". Ada lagi istilah lain untuk menunjuk tulisan acakadut itu: "Tulisan cakar ayam". Kalau ada "Pondasi cakar ayam", maka ada "tulisan cakar ayam". Atau Sutami yang menemukan "pondasi cakar ayam" pertama kali untuk pembangunan Jembatan Semanggi di Jakarta Pusat itu terinspirasi oleh "tulisan cakar ayam" seorang dokter ya? Boleh jadi. Tapi boleh jadi juga ini 'malpraktik' karena menghubung-hubungkan sesuatu yang tak berhubungan sama sekali.


Memang tak pernah ada yang tahu penyebab pastinya mengapa 'tulisan buruk' itu sudah mentradisi dan siapa pula yang pertama kali dengan 'jenius' memperkenalkannya.


dr Ika Dewi Ana, dokter gigi dan staf pengajar di Kedokteran Gigi UGM, menolak disebut tulisannya sangat buruk (ia mengaku tulisannya nyaris sama dengan tulisan arsitek karena rapinya...). Menurutnya, seumur-umur dia belajar kedokteran, tak pernah ada pelajaran bagaimana trik menulis resep yang buruk di secarik kertas. Yang diketahuinya bahwa semua dokter harus memberikan informasi yang benar, jelas, dan terbuka kepada setiap pasien. Itu saja.


Apa pihak apoteker bisa membaca tulisan resep yang kriting itu? Hmmm bertahun-tahun mereka sudah berhubungan. Pastilah apoteker sudah hapal mati anatomi tulisan yang nyaris tak terbaca itu. Dan penjaga apoteker yang biasanya tulisan tangannya rapi, kerap juga ikut-ikutan buruk.


Ini namanya koinsidensi yang buruk. Untunglah sudah zaman komputer. Tapi salah. Soalnya yang dicetak di komputer hanyalah kuitansi pembayaran. Adapun resep tetap saja ditulis dengan spirit kekritingan yang sempurna.


Atau ini sebuah siasat si dokter dan sudah menjadi legasi tak tertulis agar resep yang ditulisnya tak dipalsu pasien untuk menebus obat tanpa sepengetahunnya; dan jika dipalsu pastilah pihak apoteker yang sudah mengetahui anatomi tulisan cakar ayam dokter itu akan mencium gelagatnya seperti petugas bank yang mengenali betul mana uang palsu dan mana yang asli.


Dan menjadi kian lucu pada suatu saat seorang dokter lulusan luar negeri akan menulis resep dengan tulisan tangan yang sangat bagus malah dicurigai sebagai penipu oleh apoteker karena menyalahi 'kesepakatan' yang sudah berurat akar. Hwarakadah.


Nah, ngomong-ngomong soal kesepakatan, di secarik kecil kertas resep itu juga sudah ada 'aturan' atau 'struktur baku' penulisannya. Dan yang tahu 'aturan baku' ini, ya cuma dokter dan apoteker yang ditunjuknya.


Baris pertama resep itu akan tertulis nama obat yang akan diberikan oleh si dokter, tentunya nama obat yang akan diberikan juga disesuaikan dengan penyakit dan baris selanjutnya tertulis petunjuk penggunaan obat: berapa kali obat itu harus diminum, sesudah atau sebelum makan atau berapa banyak obat tersebut harus dikonsumsi, jenis obat; puyer, tablet, sirup, kapsul, atau lainnya. Biasanya jenis obat disebutkan menggunakan kode-kode tertentu yang arti atau maknanya si dokter dan si apoteker sudah sama-sama tahu. Ada lagi beberapa perintah tersembunyi kepada apoteker. Miriplah sandi-sandi dari sebuah 'gerakan mafia'.


Untuk perintah dan jenis obat biasanya ditulis agak menjaorok dari baris pertama yag berisi nama obat. Itu ditujukan untuk membedakan satu macam obat dengan lainnya. Itulah rahasia di balik penulisan resep.


Namun bukannya penjaga apoteker nyaris tahu semua apa yang dituliskan dokter itu. Apalagi penjaga apotekernya masih culun-culun. Dalam beberapa kali kasus misalnya, tulisan dokter tak jarang mendapat komplain dari apoteker lantaran 'perintah' tak jelas. Mereka takut jika ada nama obat yang mirip dan salah-salah mereka memberi obat yang keliru pada pasien bisa fatal akibatnya. Pasti si apoteker ini kelupaan 'ditraining' dalam 'kelas membaca resep'.


Ya, dari komunikasi kedua pihak inilah, si pasien ngeloyor dari apotek dengan menjinjing sekantong plastik obat. Persoalan apa si pasien tahu apa obat yang dibawanya itu sudah sesuai dengan diagnosis penyakit, hanya tiga orang yang tahu: Tuhan, dokter, dan apoteker.
 

Sejarah letusan Krakatau


Krakatau adalah kepulauan vulkanik yang masih aktif dan berada di Selat Sunda antara pulau Jawa dan Sumatra. Nama Krakatau pernah disematkan pada satu puncak gunung berapi di sana (Gunung Krakatau) yang sirna karena letusannya sendiri pada tanggal 26-27 Agustus 1883. Letusan itu sangat dahsyat; awan panas dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004, tsunami ini adalah yang terdahsyat di kawasan Samudera Hindia. Suara letusan itu terdengar sampai di Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika, 4.653 kilometer. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II.



Letusan Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer. Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York.

Ledakan Krakatau ini sebenarnya masih kalah dibandingkan dengan letusan Gunung Toba dan Gunung Tambora di Indonesia, serta Gunung Tanpo di Selandia Baru dan Gunung Katmal di Alaska. Namun gunung-gunung tersebut meletus jauh di masa populasi manusia masih sangat sedikit. Sementara ketika Gunung Krakatau meletus, populasi manusia sudah cukup padat, sains dan teknologi telah berkembang, telegraf sudah ditemukan, dan kabel bawah laut sudah dipasang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa saat itu teknologi informasi sedang tumbuh dan berkembang pesat.

Tercatat bahwa letusan Gunung Krakatau adalah bencana besar pertama di dunia setelah penemuan telegraf bawah laut. Sayangnya, kemajuan tersebut belum diimbangi dengan kemajuan di bidang geologi. Para ahli geologi saat itu bahkan belum mampu memberikan penjelasan mengenai letusan tersebut.
GUNUNG KRAKATAU PURBA

Melihat kawasan Gunung Krakatau di Selat Sunda, para ahli memperkirakan bahwa pada masa purba terdapat gunung yang sangat besar di Selat Sunda, yang akhirnya meletus dahsyat yang menyisakan sebuah kaldera (kawah besar) yang disebut Gunung Krakatau Purba, yang merupakan induk dari Gunung Krakatau yang meletus pada 1883. Gunung ini disusun dari bebatuan andesitik.

Ada catatan mengenai letusan Krakatau Purba yang diambil dari sebuah teks Jawa Kuno yang berjudul Pustaka Raja Parwa yang diperkirakan berasal dari tahun 416 Masehi. Isinya antara lain menyatakan: “ Ada suara guntur yang menggelegar berasal dari Gunung Batuwara. Ada pula goncangan bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Kemudian datanglah badai angin dan hujan yang mengerikan dan seluruh badai menggelapkan seluruh dunia. Sebuah banjir besar datang dari Gunung Batuwara dan mengalir ke timur menuju Gunung Kamula…. Ketika air menenggelamkannya, pulau Jawa terpisah menjadi dua, menciptakan pulau Sumatera ”



Pakar geologi Berend George Escher dan beberapa ahli lainnya berpendapat bahwa kejadian alam yang diceritakan berasal dari Gunung Krakatau Purba, yang dalam teks tersebut disebut Gunung Batuwara. Menurut buku Pustaka Raja Parwa tersebut, tinggi Krakatau Purba ini mencapai 2.000 meter di atas permukaan laut, dan lingkaran pantainya mencapai 11 kilometer.

Akibat ledakan yang hebat itu, tiga perempat tubuh Krakatau Purba hancur menyisakan kaldera (kawah besar) di Selat Sunda. Sisi-sisi atau tepi kawahnya dikenal sebagai Pulau Rakata, Pulau Panjang dan Pulau Sertung, dalam catatan lain disebut sebagai Pulau Rakata, Pulau Rakata Kecil dan Pulau Sertung. Letusan gunung ini disinyalir bertanggung- jawab atas terjadinya abad kegelapan di muka bumi. Penyakit sampar bubonic terjadi karena temperatur mendingin. Sampar ini secara signifikan mengurangi jumlah penduduk di muka bumi.

Letusan ini juga dianggap turut andil atas berakhirnya masa kejayaan Persia purba, transmutasi Kerajaan Romawi ke Kerajaan Byzantium, berakhirnya peradaban Arabia Selatan, punahnya kota besar Maya, Tikal dan jatuhnya peradaban Nazca di Amerika Selatan yang penuh teka-teki. Ledakan Krakatau Purba diperkirakan berlangsung selama 10 hari dengan perkiraan kecepatan muntahan massa mencapai 1 juta ton per detik. Ledakan tersebut telah membentuk perisai atmosfer setebal 20-150 meter, menurunkan temperatur sebesar 5-10 derajat selama 10-20 tahun.
MUNCULNYA GUNUNG KRAKATAU



Pulau Rakata, yang merupakan satu dari tiga pulau sisa Gunung Krakatau Purba kemudian tumbuh sesuai dengan dorongan vulkanik dari dalam perut bumi yang dikenal sebagai Gunung Krakatau (atau Gunung Rakata) yang terbuat dari batuan basaltik. Kemudian, dua gunung api muncul dari tengah kawah, bernama Gunung Danan dan Gunung Perbuwatan yang kemudian menyatu dengan Gunung Rakata yang muncul terlebih dahulu. Persatuan ketiga gunung api inilah yang disebut Gunung Krakatau.

Gunung Krakatau pernah meletus pada tahun 1680 menghasilkan lava andesitik asam. Lalu pada tahun 1880, Gunung Perbuwatan aktif mengeluarkan lava meskipun tidak meletus. Setelah masa itu, tidak ada lagi aktivitas vulkanis di Krakatau hingga 20 Mei 1883. Pada hari itu, setelah 200 tahun tertidur, terjadi ledakan kecil pada Gunung Krakatau. Itulah tanda-tanda awal bakal terjadinya letusan dahsyat di Selat Sunda. Ledakan kecil ini kemudian disusul dengan letusan-letusan kecil yang puncaknya terjadi pada 26-27 Agustus 1883.
LETUSAN HEBAT TAHUN 1883
Pada hari Senin, 27 Agustus 1883, tepat jam 10.20, meledaklah gunung itu. Menurut Simon Winchester, ahli geologi lulusan Universitas Oxford Inggris yang juga penulis National Geographic mengatakan bahwa ledakan itu adalah yang paling besar, suara paling keras dan peristiwa vulkanik yang paling meluluhlantakkan dalam sejarah manusia modern. Suara letusannya terdengar sampai 4.600 km dari pusat letusan dan bahkan dapat didengar oleh 1/8 penduduk bumi saat itu.

Menurut para peneliti di University of North Dakota, ledakan Krakatau bersama ledakan Tambora (1815) mencatatkan nilai Volcanic Explosivity Index (VEI) terbesar dalam sejarah modern. The Guiness Book of Records mencatat ledakan Krakatau sebagai ledakan yang paling hebat yang terekam dalam sejarah
Ledakan Krakatau telah melemparkan batu-batu apung dan abu vulkanik dengan volume 18 kilometer kubik. Semburan debu vulkanisnya mencapai 80 km. Benda-benda keras yang berhamburan ke udara itu jatuh di dataran pulau Jawa dan Sumatera bahkan sampai ke Sri Lanka, India, Pakistan, Australia dan Selandia Baru.

Letusan itu menghancurkan Gunung Danan, Gunung Perbuwatan serta sebagian Gunung Rakata dimana setengah kerucutnya hilang, membuat cekungan selebar 7 km dan sedalam 250 meter. Gelombang laut naik setinggi 40 meter menghancurkan desa-desa dan apa saja yang berada di pesisir pantai. Tsunami ini timbul bukan hanya karena letusan tetapi juga longsoran bawah laut.

Tercatat jumlah korban yang tewas mencapai 36.417 orang yang berasal dari 295 kampung kawasan pantai, mulai dari Merak (Serang) hingga Cilamaya di Karawang, pantai barat Banten hingga Tanjung Layar di Pulau Panaitan (Ujung Kulon serta Sumatera Bagian selatan. Di Ujungkulon, air bah masuk sampai 15 km ke arah barat. Keesokan harinya sampai beberapa hari kemudian, penduduk Jakarta dan Lampung pedalaman tidak lagi melihat matahari. Gelombang Tsunami yang ditimbulkan bahkan merambat hingga ke pantai Hawaii, pantai barat Amerika Tengah dan Semenanjung Arab yang jauhnya 7 ribu kilometer.

Design Baru Tutup Botol Coca Cola, Lebih Keren

Di eropa kini sudah beredar bentuk desain baru botol coca cola yang memiliki tuas pendorong di penutupnya.

Ini Dideain khusus agar para pembeli tidak merasa repot lagi membuka tutup botol coca cola tersebut.





Alasan Kenapa Pada Rel Kereta Api Terdapat Banyak Kerikil



Entah anda perhatikan atau tidak, hampir di sepanjang rel kereta api biasanya terdapat batu kerikil yang terletak di bawah dan pada samping kanan dan kiri rel kereta api. Batu kerikil ini memang sengaja disebar di sekitar rel kereta api tersebut. Dan ternyata batu kerikil ini memiliki fungsi yang sangat penting untuk menunjang keberadaan rel kereta api yang berdiri di atasnya.

Fungsi Batu Kerikil pada Rel Kereta Api

Fungsi batu kerikil pada rel kereta api yang pertama adalah sebagai bantalan pemberat. Dengan adanya lapisan batu kerikil ini rel dapat tetap berdiri dengan stabil. Sehingga kereta api yang berjalan di atasnya pun dapat berjalan dengan baik.

Batu kerikil ini juga berfungsi untuk menyerap getaran (shock absorber) yang terjadi ketika kereta api tengah lewat. Sehingga goncangan yang terjadi ketika kereta api melintas dapat dikurangi. Dan rel kereta api pun tidak cepat rusak dan dapat digunakan untuk waktu yang lama.

Fungsi berikutnya yaitu untuk menahan dan memperlancar aliran air di saat hujan. Fungsi ini berperan untuk mencegah terjadinya pengikisan tanah atau erosi pada tanah di sekitar rel kereta api. Dimana bila hal ini terjadi maka dapat menyebabkan kecelakaan serius bagi kereta yang melintas seperti kereta anjlok dan yang lainnya.

Dan yang terakhir, batu kerikil juga berfungsi untuk menghambat tumbuhnya rerumputan di sekitar rel. Tumbuhnya rerumputan di sekitar rel dapat dapat secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan penggemburan tanah di bawahnya. Hal ini tentunya dapat membahayakan karena jika tanah di bawah rel tidak stabil maka akan dapat membahayakan perjalanan kereta api.

Mengapa di Beberapa Tempat Tidak Terdapat Kerikil

Seperti yang kita lihat pada beberapa tempat, ada posisi-posisi tertentu dimana di bawah rel kereta api tidak terdapat batu kerikil. Seperti rel kereta api yang terdapat di atas jembatan atau jalan raya, dimana tidak terdapat satu butir pun batu kerikil yang sangat berperan penting bagi keberadaan rel kereta api. Hal ini terjadi karena semua fungsi dari batu kerikil tadi sudah diambil alih fungsinya oleh mekanisme lain.

Pada jembatan kereta api, jembatan sudah dirancang khusus sedemikian rupa supaya dapat menahan getaran yang akan terjadi yang dihasilkan ketika kereta melintas. Demikian pun dengan rel kereta yang terdapat pada jalan raya, jalan aspal telah menggantikan peranan batu kerikil dengan baik. Sehingga pada tempat-tempat tersebut, tidak diperlukan lagi batu kerikil untuk diletakkan di bawah rel kereta api.